Resah dan gelisah, risih hati ini
melihat fenomena sholat subuh disekitar, membuat saya ingin sekali bercerita,
berbagi kehidupan miris, dimana orang-orang sudah tidak peduli dengan perintah
yang punya hidup. Apakah mereka belum pernah tau adanya peringatan-peringatan
ini?
‘Sesungguhnya sholat yang paling
berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan Subuh. Sekiranya mereka
mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi
keduanya dengan merangkak. Sungguh, aku ingin menyuruh melaksanakan shalat,
lalu shalat itu ditegakkan, kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami
shalat bersama orang-orang. Kemudian beberapa lelaki berangkat bersamaku dengan
membawa kayu yang terikat, mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat
berjamaah, sehingga aku bakar rumah mereka. (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Pada masa itu, Rosulullah akan
membakar rumah kaumnya yang tidak shalat subuh berjamaah. Bagaimana fenomena
shalat subuh saat ini? Jangankan berjamaah, shalat sendiri di rumah saja
rasanya sangat berat. Alasan demi alasan dijadikan tameng untuk tidak
melaksanakan shalat subuh. Padahal Allah tidak pernah memberikan perintah
apabila hambanya tidak sanggup mimikulnya.
“Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.(Al Baqarah: 286)
Apakah kita masih akan menyangsikan
perintah Allah?
Beberapa kisah ini berangkat dari
lingkungan kehidupan pribadi penulis. Bismillah….
Kisah Pertama
Latar belakang masyarakat di lingkungan
saya, bermata pencaharian sebagai petani karet. Selayang pandang kehidupan
petani karet di Unit 2 Tulang Bawang, Lampung, pada era tahun 2006 an bisa
dikatakan pada puncak kejayaan. Pekerjaannya hanya petani karet, namun
rata-rata dua buah sepeda motor bertengger disetiap rumah. Tidak jarang dari
mereka yang memiliki mobil pribadi. Pendapatan bersih petani bisa mencapai Rp3.000.000
per bulan. Pada masa itu, harga karet Rp12.000 per kilogram. Petani karet mulai
mengambil getah (menderes karet) atau sebut saja mulai bekerja, biasanya selepas
sholat subuh sampai sekitar jam 11 siang, bergantung pada luas lahan. Semakin
pagi waktu menderes, semakin banyak jumlah getah yang dihasilkan.
Hari demi hari berlalu, semakin
membuat mereka berfikir bagaimana bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak karena
harga karet membumbung tinggi. Tahun berganti dan mereka mulai merubah jadwal
deres karet. Semakin pagi dan semakin pagi. Ada petani yang mulai menderes pukul
4 pagi, 3 pagi, bahkan ada yang memulai pukul 1 pagi. Mereka pergi ke kebun
karet pada sepertiga malam hanya ditemani senter yang melingkar diatas kepala.
Di kebun karet, yang luasnya
berhektar-hektar, gelapnya malam tidak mereka hiraukan, dinginnya angin malam
mampu mereka lawan, sampai sholat subuh pun mereka lewatkan. Miris memang, di
sepertiga malam mereka berikhtiar demi tetesan getah, namun menjadi hal yang
lumrah untuk meninggalkan sholat subuh.
Allah yang maha membolak-balikkan
harga, disaat semakin kuatnya ikhtiar para petani karet, ternyata harga karet
tidak berbanding lurus dengan usaha mereka. Harga semakin jatuh. Bahkan saat
ini, bulan Mei 2015 harga karet hanya Rp4000 per kilogram. Harga karet turun
sampai 77 persen dari harga normal. Jika Allah berkehendak, manusia hanya bisa
apa?
“Janganlah kalian meninggalkan
shalat secara sengaja. Barangsiapa yang telah meninggalkan shalat secara
sengaja, maka Allah dan Rasul-Nya telah lepas tanggungan darinya.” (HR Ahmad).
Bisa jadi Allah marah, atau murka?
Kenikmatan harga yang begitu tinggi telah membuat mereka lalai untuk
menjalankan kewajiban mereka, yaitu Sholat subuh. Wallahu’alam bissawab. Allah
yang maha mengetahui, Allah yang maha berkehendak.
Kisah Kedua
Beliau adalah seorang ibu paruh baya
yang memiliki dua orang anak. Kehidupannya lebih dari cukup, karena iktiarnya
juga sungguh luar biasa, beliau mulai mencari nafkah disaat semua orang
terlelap pada mimpi indahnya. Jam 3 pagi sudah memulai semua aktifitas untuk
menyiapkan dagangan. Mulai jam 3 malam sampai jam 5 sore non stop, dengan
kegiatan mempersiapkan sampai menjual dagangannya. Allah memang maha baik,
sehingga wajar saja beliau mampu meraup pendapatan bersih rata-rata Rp10.000.000
per bulan. Jam 3 pagi sampai jam 5 sore, kira-kira ada berapa waktu sholat
didalamnya?
Yess, ada sholat Subuh, Dhuhur dan
Asyar. Tidak hanya sholat subuh, bahkan kesibukan telah membuat beliau
melewatkan sholat Dhuhur dan Asyhar. “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?” (QS Ar-Rahmaan: 16)
Pendapatan sebesar itu tidak membuat
manusia semakin bersyukur dan menyembah Tuhannya, justru membuat mereka lupa akan
kewajiban kita didunia ini.
“Padahal mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan kataatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
demikian itu agama yang lurus.” (QS Al-Bayyinah: 5)
Sekilas kehidupan rumah tangga
beliau memang lebih dari cukup, tetapi janji Allah itu pasti. Meskipun
kebutuhan materil selalu berlebih, ternyata ujian datang di tempat lain. Kedua
anak beliau sudah tumbuh dewasa, namun miris, kehidupan pacarannya sudah
menyerupai kehidupan berumah tangga. Anda pasti lebih tau apalah maksud
penulis. Ujian lain datang dari suami. Minuman keras menjadi sahabat setia suaminya.
Saya tidak mengatakan bahwa ujian
rumah tangganya merupakan akibat karena beliau tidak sholat, namun kita sudah
tau bahwa amalan yang pertama kali dihisab adalah amalan sholat.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan
dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan
mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan
menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka
wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah
apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah
tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan
lainnya seperti itu.”
Nah, jika tiga waktu sholat tiap
hari lewat, bisa jadi ujian Allah sudah datang lebih cepat sebelum adanya siksa
neraka. Ujian di dunia, yaitu ujian dari keluarga. Wallahu’alam bissawab (Allah lebih mengetahui yang sebenar-benarnya - and
Allah knows the right).
Kisah Ketiga
Mereka adalah teman sepermainan.
Mereka pemuda baik, taat pada orang tua dan juga mapan. Singkat cerita, mereka
sering meninggalkan sholat subuh. Entah apa yang difikirkan. Mungkin belum tau
pentingnya sholat subuh, atau memang tidak mau tau? Hmmmm….Namanya teman, lebih
enak mengingatkan dari pada dibiarkan. Memberi buku sholat subuh sudah, mengingatkan
dengan nasehat-nasehat sudah. Tapi belum mempan juga, bingung harus bagaimana
lagi *tears
Entah terbuat dari apa hatinya.
Allah maha benar dengan segala firman-Nya:
“Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).
Mungkin Allah memang belum memberi
petunjuk kepada teman saya untuk dapat menjalankan shalat subuh. Lalu apa yang
harus kita lakukan agar Allah membukakan hati? Jawabannya adalah dengan
menjemput hidayah. How could it be?
Mulai membiasakan bergaul dengan
orang soleh, kalau suka membaca, mulai membaca buku-buku bernafaskan shalat dan
tentunya ditambah dengan doa agar Allah turunkan hidayah-Nya.
Kewajiban kita hanya menyampaikan,
selanjutnya…*terserah Anda *smile
Jadi inget hadist riwayat Al Hakim:
“Gunakan yang lima sebelum datang
yang lima: Masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang
masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa kosongmu sebelum
datang masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.”
Jika penyesalan pernah ada di awal,
maka Allah tidak mungkin akan berfirman seperti ini:
“Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia
melihat azab 'Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan
termasuk orang-orang berbuat baik'. (Al Qur’an Surat Az Zumar: 58).
Ayat tersebut menjelaskan tentang
adanya penyesalan dari seseorang yang telah lalai, lalai dalam menjalankan
perintah-Nya dan ingin kembali ke dunia lagi (jika masih bisa), untuk berbuat
baik sesuai dengan perintah Allah.
Selagi penyesalan itu belum terjadi,
apalah salah, jika kita perbaiki diri.
Ini adalah contoh buku untuk
menjemput hidayah, hehe pengalaman penulis sendiri:
Semoga bermanfaat, wassalam *smile
----------bye-----------